Guru TK “Terpaksa” Ajarkan Baca Tulis
Sejumlah
guru taman kanak – kanak kini “terpaksa” menekankan kemampuan baca, tulis, dan
hitung kepada siswanya. Ini disebabkan adanya seleksi dan persyaratan siswa
harus bisa membaca dan menulis saat masuk sekolah dasar (SD). Akibat kebijakan
ini, guru taman kanak – kanak kurang optimal mempriotaskan upaya merangsang dan
mengembangkan potensi anak secara holistik dan sebenarnya memang tidak dilarang
di jenjang pendidikan taman kanak – kanak mengajarkan baca, tulis dan hitung (calistung)
asal dalam pengenalannya tidak dilakukan secara memaksa. Banyak cara, misalnya
lewat lagu dan permainan, kemampuan calistung si anak bisa berkembang dengan
baik dan tidak membuat stress. Tetapi, tetap saja ada TK yang memfokuskan ke
calistung alasan lebih diminati dan memang diminta orang tua.
Hal
tersebut disebabkan sejumlah TK yang lebih berfokus pada penguasaan baca, tulis
dan hitung, layaknya belajar di SD, didorong berbagai faktor salah satunya,
saat ini banyak sekolah dasar (SD) yang memang menuntut siswa kelas 1 (satu) sudah
mampu menguasai calistung. Selain itu, banyak orang tua yang kurang berminat
jika di taman kanak- kanak tidak di ajarkan calistung. Pasalnya, banyak sekolah
– sekolah favorit yang mengadakan test baca, tulis dan hitung saat penerimaan
masuk seleksi penerimaan siswa baru.
Jadi, memang ada baiknya menerapkan
calistung lebih dini pada si anak asal dengan cara yang benar, tidak memaksa
dan mengasyikkan sehingga disukai si anak secara perlahan akan melekat
pembelajaran di daya ingat anak. Akan tetapi, jangan sampai mengesampingkan
cara – cara merangsang dan mengembangkan potensi dari orang tua dan guru taman kanak – kanak itu sendiri yang
berperan penting.
0 komentar:
Posting Komentar