Rss Feed
Powered By Blogger

Manusia dan Tanggung Jawab

Menganalisa  Pemeran Tokoh Bu Muslimah
(Cut Mini) Dalam Laskar Pelangi



Dari segi pengorbanan  dan Pengabdian kepada Dunia Pendidikan

Sosok Bu Muslimah yang digambarkan Andrea Hirata dalam bukunya Laskar Pelangi memang menarik perhatian. Ia digambarkan sebagai seorang guru tulus, menawan hati, tanpa pamrih, dia berbeda dengan guru kebanyakan yang datang dengan penuh citra, kesungguhan dan sederhana saat mengajar murid-muridnya di SD Muhammadiyah, Desa Gantong, Kecamatan Gantong, Kabupaten Belitung Timur.

Rasanya, penggambaran sosok Bu Mus oleh Andrea tidaklah berlebihan. Aslinya ia memang begitu rendah hati dan sederhana saat menuturkan kiprahnya
sebagai pengajar. Seperti apa yang beliau tuturkan "Banyak yang memberi penghargaan pada saya. Tapi saya merasa tidak wajar dapat penghargaan seperti ini. Banyak orang yang lebih berjasa daripada saya," ujar Muslimah saat ditemui di sela-sela acara Festival Laskar Pelangi di Belitung.

Mulai dari pentingnya Pendidikan, nilai agama yang ditanamkan oleh Pak Harfan dan Bu Mus ke 10 laskar pelangi, nilai sosial  dapat diliat perbedaan strata sosial yang sangat mencolok dari masyarakat asli belitong dan orang-orang di PN Timah dan banyak lagi lainnya yang patut dijadikan masukan di kehidupan modern seperti ini yang sudah banyak melupakan nilai-nilai  kehidupan.

Ia pun menilai, apa yang ditulis Andrea tentang dirinya di novel terlalu berlebihan. "Kalau saya tahu isi novelnya itu sebelum terbit, pasti tidak akan saya izinkan," kata Bu Mus merendah.

Namun dengan segala penghargaan dan perhatian yang ia dapatkan, Bu Mus pun hanya bisa menerimanya dengan segala syukur dan tidak dapat menduga – duga sebelumnya.

Muslimah mengaku telah mulai mengajar sejak tahun 1973 hingga saat ini. Namun kini, ia tak lagi mengajar di SD Muhammadiyah yang bubar pada tahun 1991 melainkan di SMP 6. Gedung SD Muhammadiyah, kini menjadi MTs Muhammadiyah.

Bu Mus pun mengaku terharu, di film Laskar Pelangi tokoh dirinya diperankan
oleh Cut Mini. "Beruntunglah saya yang menjadi pengajar yang bisa memberikan ilmu yang
bermanfaat
, saya hanyalah guru biasa, tak punya kehebatan apa-apa kecuali yang Allah berikan pada saya. saya hanyalah seorang guru Muhammadiyah, yang sangat mengagumi pak kyai Dahlan. setiap kali melihat photo pak kyai, seolah merasuk dalam diri saya perjuangan amar maruf nahi munkar. Muhammadiyah sudah mendarah daging dalam jiwa saya“,tutupnya.

Jadi, kesimpulan yang dapat kita ambil bertanggung jawablah atas perbuatanmu bagi orang-orang yang sering melalaikan pendidikannya, yang tak pernah bersyukur atas segala sesuatu yang telah dimiliki, yang mengukur segala sesuatunya dengan materi, yang sering melupakan nilai-nilai dalam agama dan bagi semuanya agar lebih membuka mata bathin ini masih banyak yang lebih menderita di luar hidup kita.

Sedikit mengutip kata-kata dari pak. Harfan.."Hiduplah untuk memberi sebanyak-banyaknya, bukan untuk menerima sebanyak-banyaknya". Itulah yang digambarkan betapa tokoh dari Bu Muslimah dengan ikhlas mengajar, berkorban,mengabdi bagi pendidikan bangsa Indonesia di daerah terpencil walau tidak dibayar sekalipun beliau tetap ikhlas, sederhana, dan merendah diri terhadap tugas mulia dibidang pendidikan yang diamalkannya.
  

0 komentar:

Posting Komentar